Adat,Perlukah Pembaharuan?Apa Urgensinya?

banner 468x60

Medan, mnctvano.com – Raja Jolo martungkot sialagundi, Pinungka ni parjolo SIIHUTTONON ni naparpkudi VS  Raja Jolo martungkot sialagundi.Pinungka niparjolo SIPADENGGANON ni naparpudi.

 

Umpasa yg pakai kata “Sipadengganon” diatas penulis kutip dari buku “Injil dan Adat Batak” karangan Pdt. DR. Ir.Mangapul Sagala MTh.

 

Dari realita dilapangan sehari-hari tak mungkin lagi ada adat batak tanpa perbaikan, atau penyesuaian karena adat batak dimulai jauh sebelum Agama (Kristen) masuk dan dianut orang batak, hal-hal yg bertentangan dengan Iman Kristen sudah di rubah dan inilah salah satu bukti adat itu DIPADENGGAN generasi yg kemudian.

 

Bukti lain adalah pelaksanaan adat itu tidak lagi persis sama di semua tempat dimana beda daerah atau luat, beda beda pelaksanaan adatnya, adat itu dari awalnya sudah ada modifikasi atau dipadenggan menjadi beberapa versi tergantung luat.

 

Jadi sekarang bagaimana apakah kita masih pakai SIIHUTTONON atau memakai SIPADENGGANON ? menurut kami ada banyak yg dipertahankan, mengikut yg dahulu-dahulu yg di nilai baik yaitu hubungan Hula-hula, Dongan tubu dan Boru (Dalihan Natolu).

 

Tetapi diperlukan juga perbaikan-perbaikan lanjutan agar adat itu semakin baik dalam artian berpengaruh semakin positif bagi orang yg melaksanakan adat, baik hubungan antar pribadi maupun termasuk bisa untuk efisiensi waktu dan tentu juga efisiensi biaya.

 

Dalam hal yg berhubungan dengan keturunan, dalam iman Kristen perceraian untuk menikah lagi atau memiliki lebih dari satu istri tidak dibenarkan, jadi jika ada keluarga yg tak memiliki anak laki-laki bahkan tak memiliki anak sama sekali perkara warisan bahkan tempat pelaksanaan adat kematian yg harus ditempat keluarga yg semarga dengan yg meninggal atau suami dari yg meninggal, dalam Iman Kristen tak ada beda anak laki-laki dan anak perempuan jadi perlu penyesuaian adat tersebut.

 

Hal lain lagi seperti adat kematian seperti saur matua yg disebut tidak perlu datang lagi mangapuli atau memberi penguatan, karena dari sisi kemanusian tak mungkinlah seseorang ditinggal orang tua atau pasangan hidup tidak bersedih dan setiap kesedihan butuh dukungan penguatan dari sesamanya.

 

Demikian juga keefektifan kata-kata penghiburan yg diberikan baik setelah martonggo raja kalau ada yg meninggal baik anak, pasangan maupun orangtua, karena orang konseling pernah mengatakan bila “….. Bila ada saudara kita kemalangan, saat jenajah belum dikubur, lebih berarti baginya kita datang duduk diam mendampinginya berlama-lama dibanding kita datang dengan banyak kata penghiburan tapi kita datang berkata-kata lalu pergi tanpa duduk di dekatnya sebagai simpati akan kesedihannya….” setelah orang meninggal dikubur, beberapa hari kemudian bila datang keluarga maupun sahabat datang memberi kata penghiburan barulah bisa lebih diterima sebagai penghiburan atau penguatan setiap kata-kata yg kita sampaikan.

 

Akhir kata, adat itu buah dari kesepakatan yang dibuat oleh nenek moyang kita untuk membuat tatanan hidup yg harmonis, tetapi dengan perkembangan jaman sekarang ini semua hal yg dibuat dan disepakati manusia selalu ada pembaharuan seperti bidang-bidang lain untuk hidup yg lebih baik dan adat batakpun demikianlah kiranya selalu terbuka diperbaharui untuk hidup yg lebih baik. Horas. Penulis : Guntur Naibaho petani sawit yang saat ini tinggal di Pekanbaru (Wendeilyna)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *